Wahana Antariksa Voyager 1 Kembali Pulih Setelah Gangguan Beberapa Minggu

By | December 15, 2024

Wahana antariksa Voyager 1 akhirnya berhasil mengembalikan komunikasi dengan Bumi setelah beberapa minggu mengalami gangguan. Saat ini, Voyager 1, yang berada sejauh 24,9 miliar kilometer dari Bumi, kembali berfungsi normal setelah permasalahan yang terjadi sejak Oktober 2024. Pada saat itu, Voyager 1 secara otomatis beralih dari pemancar X-band yang lebih kuat ke pemancar S-band yang lebih lemah.

Peralihan ini dilakukan oleh komputer di dalam wahana setelah mendeteksi penurunan daya. Hal ini terjadi setelah tim misi di Bumi memberikan perintah untuk mengaktifkan salah satu pemanas pada wahana. Keputusan tersebut berdampak besar, karena sejak saat itu tim NASA tidak lagi menerima data apapun dari Voyager 1, baik status wahana maupun data ilmiah yang dikumpulkan. Selama hampir sebulan, komunikasi antara Voyager 1 dan tim Bumi terputus total.

“Kami terus belajar setiap hari, karena wahana ini tidak dirancang untuk beroperasi seperti ini,” ujar Kareem Badaruddin, manajer misi Voyager di Jet Propulsion Laboratory NASA, dalam sebuah pernyataan melalui email, sebagaimana dikutip oleh CNN, pada Selasa (3/12).

Setelah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut, tim NASA akhirnya berhasil mengembalikan pemancar Voyager 1 ke mode X-band pada pertengahan November. Dengan pemancar ini, data kembali mengalir ke Bumi, memungkinkan para ilmuwan untuk melanjutkan penelitian mengenai wilayah antarbintang yang belum pernah dijelajahi sebelumnya.

Perjalanan Jauh Voyager 1

Voyager 1 diluncurkan pada 1977 bersama kembarannya, Voyager 2, dengan tujuan awal mempelajari planet-planet besar seperti Jupiter dan Saturnus dalam misi yang direncanakan hanya berlangsung empat tahun. Namun, setelah lebih dari 47 tahun, kedua wahana ini masih beroperasi dan kini menjelajahi ruang antarbintang, melampaui batas heliosfer, yaitu gelembung magnet dan partikel yang mengelilingi tata surya.

Kedua wahana ini mendapatkan daya dari panas yang dihasilkan oleh peluruhan plutonium yang diubah menjadi listrik. Setiap tahunnya, daya yang dihasilkan berkurang sekitar 4 watt, yang setara dengan daya sebuah lampu hemat energi kecil.

“Kami sudah mengetahui bahwa daya di kedua Voyager semakin menipis,” kata Kareem Badaruddin. “Tahun ini, hal itu memaksa kami untuk mematikan instrumen ilmiah di Voyager 2. Namun, kedua wahana ini bertahan jauh lebih lama dari perkiraan, dan sungguh luar biasa bahwa kami masih bisa memanfaatkan setiap sisa daya yang ada,” tambahnya.

Langkah Penghematan Energi

Menurut Bruce Waggoner, manajer jaminan misi Voyager, selama lima tahun terakhir, tim misi mulai mematikan sistem-sistem yang tidak esensial guna menghemat daya. Salah satunya adalah pemanas yang dirancang untuk menjaga suhu optimal instrumen ilmiah. Meskipun suhu wahana sudah jauh di bawah batas yang diuji, instrumen-instrumen tersebut tetap berfungsi dengan baik.

Namun, pada 16 Oktober, perintah untuk mengaktifkan pemanas memicu sistem perlindungan otomatis Voyager 1, yang dirancang untuk mematikan sistem yang tidak vital jika daya terlalu rendah. Akibatnya, wahana beralih ke pemancar S-band, yang sinyalnya lebih lemah dibandingkan dengan X-band.

Proses Pemulihan yang Menantang

Memulihkan komunikasi dengan Voyager 1 tidak mudah. Tim NASA harus menemukan sinyal lemah dari pemancar S-band yang terakhir kali digunakan pada 1981. Setelah berhasil menemukan sinyal tersebut, mereka kemudian mengirimkan perintah untuk mengubah kembali pemancar ke mode X-band pada 7 November. Data ilmiah kembali diterima sekitar 11 hari kemudian.

Salah satu langkah penting yang masih dilakukan tim NASA adalah menyinkronkan tiga komputer yang ada di dalam Voyager 1, guna memastikan sistem wahana berfungsi kembali seperti sebelum masalah terjadi.

Menghadapi Tantangan Baru

Gangguan pada pemancar ini merupakan salah satu dari sekian banyak tantangan yang dihadapi tim Voyager dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, mereka berhasil menghidupkan kembali pendorong lama untuk mempertahankan antena agar tetap mengarah ke Bumi dan mengatasi gangguan komputer yang sempat menghentikan aliran data selama berbulan-bulan.

Kareem Badaruddin menambahkan bahwa masalah ini menunjukkan adanya ketidakpastian dalam model daya yang digunakan untuk memperkirakan berapa lama wahana masih bisa beroperasi dengan sistem dan instrumen yang ada.

Saat ini, Voyager 1 hanya memiliki empat instrumen aktif yang masih digunakan untuk mempelajari plasma, medan magnet, dan partikel di ruang antarbintang. Data yang dikirimkan terus membantu para ilmuwan memahami wilayah yang belum pernah dijelajahi sebelumnya.

“Masalah yang lebih besar adalah berapa lama kami bisa terus menjalankan instrumen-instrumen ilmiah ini dengan daya listrik yang tersisa,” kata Kareem.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *